cerpen sedih
Cerpen Sedih
“upacara selesai dan barisan dapat dibubarkan!” suara Astri lantang membacakan tertib upacara yang terakhir. Siswa-siswa pun bubar dan asik dengan arah mereka masing-masing.
“Brug“
“heh, kalo jalan liat-liat ya! Mata mana mata, ha!”bentak Afiv
“ nih mata , baguskan! Gak rabun kaya kamu!” balas Nira agak terpaksa.
“ eh biasa aja kamu, masalah banget ya sama kacamata aku ha! Biar kacamataan tapi aku gak blo’on kaya kamu, ngerti! “ bentak Afiv yang langsung pergi meninggalkan Nira.
Nira terdiam.
“kenapa si Fiv, kamu gak pernah bisa lembut sama aku.. sedikiiiiit aja... sekaliiiii ajaa..dan walau sebentaaaaaaarrr aja..” batin Nira
“heh, ngapain bengong, yu masuk kelas.. bu Kartini bentar lagi masuk nii” Tantri mengejutkan lamunan Nira.
Afiv dan Nira memang tidak pernah akur. Mereka selalu saja bertengkar. Ga ada hari tanpa kelahi mulut buat Afiv. Tidak sebenarnya buat Nira. Jujur jauh dari lubuk hati nya yang paling dalam Nira juga ingin dianggap seperti teman-teman cewe yang lain dari Afiv. Tapi sikap Afiv terhadapnya membuat Nira juga bersikap seperti sekarang ini. Nira cewe yang baik, cantik, pandai bergaul, tapi di akademik nilainya selalu jelek, sejelek hubungan nya sama Afiv sekarang. Sementara Afiv, cowo cerdas tapi dingin berkacamata. Muhammad Afiv, siapa yang tak kenal dengan cowo yang juga berlesung pipi tapi juga agak pucat ini. Selau memenang kan olimpiade Biologi dan mengharumkan nama sekolah nya. Sudah banyak surat cinta, surat kaleng, surat botol, surat galon,surat jerigen, surat apa lagi yak...suratal mustaqim.. (eleh itu mah siratal mustaqim) yang masuk ke ke inbox hatinya. Afiv biasa aja menanggapinya. Semuanya ditanggapi secara biasa saja. Tapi satu hal yang di heran kan. Kenapa sikapnya terhadap Nira dari dulu tak pernah berubah. Selau marah- marah dan ada saja yang di per masalahkan. Nira dan Afiv memang sekelas. Tapi justru dengaan sekelasnya mereka bukan malah membuat hubungan mereka baik, tapi malah semakin memanas,, kaya Gaza ama Israel, kaya Anang sama krisdayanti, kaya Arumi Bachin ama mamanya, beuh... panassss lah pokoknya.. mengalahkan panas nya kota pekanbaru kalo lagi musim panas.
“Di, kenapa si ,,dia selalu marah-marah sama aku, andai aja dia tahu gimana hati aku :’(“ curhat Nira pada diarinya pendek pada suatu malam.
****************8
Keesokan paginya seperti biasa Julio menhampiri Nira. Julio dan Nira memang sudah berteman sejak kecil. Dari bangku TK sampe SMA mereka terus satu sekolah. Mereka deket banget, tapi hubungan mereka hanya sebatas sahabat meskipun sebenarnya Julio mengharap kan lebih. Ya, julio memang menyayangi Nira lebih dari seorang sahabat. Semuanya sanggup Julio korbankan demi Nira, semua kesedihan, kegundahan, dan keluhan nira Julio tahu.
Sesampainya di sekolah Julio dan Nira segera memarkir sepedanya di tempat biasa. Di situ mereka pun berpisah, karna memang mereka beda kelas, beda jurusan malah. Julio jurusan IPS, sedang Nira jurusan IPA.
Sesuatu yang mungkin terasa ajaib di harapkan Nira pagi ini. Dia ingin banget Afiv tidak bersikap dingin terhadapnya pagi ini. Gak mungkin memang , tapi kan gak ada salahnya lah berharap. Kalau salah skornya Nira dikurangin( loh?)
Hari ini ulangan kimia. Pelajaran yang cukup diktakuti Nira. Terlebih lagi tadi malam Nira tidak belajar. Tambah serem donk, kaya momok yang siap menakut2in Nira pake baju serba putih, sundel bolonk kali.. Tetapi tidak buat Afiv , apalagi tentang sistem koloid yang di kisi kisikan oleh Bu Ratih untuk soal ulangan hari ini. Kimia tuh Afiv banget lah.
Jam 7.15 Bu Ratih, Guru Kimia yang juga mengajar kelas XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA4 yang merupakan kelas Afiv dan Nira sudah berdiri di depan kelas. Bu Ratih pun segera memerintahkan murid-muridnya untuk mengumpulkan buku dan tas nya di depan dan bersiap-siap. Semua siswa pun siap. Tapi Nira seperti sedang mencari-cari sesuatu. Seperti ada sesuatu yang hilang.
“Afiv!” Ya , Afiv tidak dilihatnya. Kenapa dia tidak masuk? Kemana dia? Apa izin untuk ikut olimpiade lagi? Atau lagi ikut pelatihan? Aneh, dia kan rajin!” . Berpuluh pertanyaan dalam hati Nira yang tidak bisa dipaparkan semua.
Ulangan pun berlangsung mau tak mau. Nira sangat kesusahan, terlebih lagi dengan tidak dilihatnya Afiv dikelas hari ini, tambah bikin pikiran nya ruwet aja. Entah kenapa, bayangan Afiv terus menari-nari di kepala Nira pake sari india ..(:D)
“Fiv, kamu kemana..” batin Nira.
Waktu pun habis, siap tak siap kertas ulangan harus dikumpul waktu itu juga. Sampe berganti jam pelajaran lain pun Nira masih tak mendapati Afiv.
“ Tri, Afiv kok ga dateng ya”tanya Nira ke Tantri teman sebangkunya.
“cieee, perhatian banget nanyain musuh, kangen yaa.. hayoo..”ledek Tantri.
“ih apaan sii, aku cuman aneh aja, gak biasanya kan”elak Nira.
“ hmm, aku juga gak tau sih , ntar aku tanyain Akhbar deh” balas Tantri .
Setelah jam istirahat, Pak Dedi guru sejarah tidak masuk, tapi anak-anak ditugasi untuk mencatat 1 bab tentang kerajaan-kerajaan islam pertama di Indonesia. Detak jam dinding kelas serasa lama banget buat Nira hari ini, kaya seabad. entah kenapa, fikiran nya gak enak banget hari ini. Tulisan rapi Nira pun jadi nyeker. Alamat catatan sejarah bakal di protes sama Pak Dedi ntar. Tapi Nira gak peduli. Yang ada di fikiran Nira sekarang hanyalah bunyi bel pulang dan cepat- cepat cari mencari tahu keberadaan Afiv.
“Alhamdulillah,, akhirnya pecah juga bunyi bel..”. Nira pun bergegas mengemas bukunya.
“Tri, temenin gue ya.. “ kata Nira tiba-tiba sambil menarik lengan Tantri.
“Eit et,, kemana ..”tanya Tantri.
“Kerumah sakit” balas Nira singkat.
Dua hari kemudian...
“Bagaimana Dok?” Tanya Bu Yulia kepada Dokter Renaldi.
“Alhamdulillah, operasi berjalan lancar, anak ibu selamat. Dan dia bisa kembali sehat seperti semula.”
“Alhamdulillahhh, terimakasih Dok,” ucap Bu yulia penuh syukur.
Setelah anaknya di pindahkan ke ruang rawat biasa, Bu Yulia pun dibolehkan langsung masuk dan melihat anak semata wayang nya itu.
“Sayang, Ibu seneng banget kamu udah sembuh nak”.kata Bu Yulia sambil memeluk Afiv.
“Ibu.. “ kata Afiv singkat sambil tersenyum kecil.
“Tadinya Ibu udah putus asa Nak karna hampir aja rumah sakit ini tidak mendapatkan donor hati. Ibu takut banget sayang.” Cerita bu Yulia lagi.
“Udah Bu, Ibu jangan nangis lagi yah, nih kan Afiv sekarang udah sembuh”. Afiv janji Afiv bakal jaga Ibu sampe ujung hidup Afiv. “ hibur Afiv dengan penuh kasih sayang.
Dari sudut ruangan , Nira cuman bisa tersenyum melihat semua itu. Ia seperti merasa sedang menyatu dengan Jiwa Afiv walaupu sebenarnya tidak.
Dua hari kemudian Afiv sudah dibolehkan keluar dari rumah sakit, Ia pun sudah tidak sabar ingin masuk sekolah dan bertemu dengan teman-teman nya. Terlebih lagi hari ini entah kenapa Afiv ingin sekali ketemu Nira. Entah lah, mau berantem atau enggak yang jelas Afiv pengen banget ketemu Nira hari ini. Titik!
Jam 7 bel masuk berbunyi. Semua pun masuk ke dalam kelas. Afiv melihat – lihat bangku deretan ke tiga nomor dua dari depan .. tidak dilihatnya Nira.
“kemana si Nira ya” batin nya.
jam istirahat Afiv menemui Julio, entah kenapa, Afiv nekat banget mau menemui Julio yang bisa dibilang mereka gak friend, tapi Afiv tau Julio dekat dengan Nira.
“ Jul, Nira kemana?”tanya Afiv yang mendapati Julio sedang duduk di dekat parkiran sepedanya.
“Buat apa kamu nanyain Nira”. Balas Julio tidak senang.
“yaaa, tumben aja.. Biasanya juga sepedanya markir disini, trus dia gak ada tuh dikelas, tumben aja “ terang Afiv.
Setelah terdiam agak lama, julio tertunduk, dan matanya sedikit berkaca.
“eh, kenapa kamu?” tanya afiv heran
“ kamu mau tahu dimana Nira?” tanyanya tanpa memanndang Afiv.
“ iya , dimana emang? Lagi maen gundu dirumah?” tebak Afiv ngasal.
“ikut gue!! Kata Julio sambil menarik Afiv memaksa dan tak mempedulikan tebakan Afiv yang sama sekali tidak lucu itu.
Afiv heran. Mau dibawa kemana gw Jul? Eh jam kedua ada ntar gua masuk biologi ni gw gak bisa lama-lama.
Julio cuman terdiam. Sambil terus menarik Afiv
“Tempat apa ini!” gumam afiv. Sampailah mereka berdua di sebuah tempat yang penuh dengan batu nisan dan banyak bunga.
Ditariknya Afiv kesebuah gundukan tanah yang masih merah oleh Julio.
Nira Fadilah binti Ihksan
“Serrr,” darah Afiv berdesir. 21 April 2008 adalah 5hari yang lalu. Ini seperti tidak mungkin. Afiv seperti berada dalam lakon.
“Ini gak mungkin! Ini gak mungkin! “ Afiv histeris.
“Satu hal yang harus kamu tahu, Nira tu sayang sama kamu. Tapi apa perlakuan kamu selama ini ke Nira? Kamu selalu musuhin dia, kamu kasarin dia.kamu bentak bentak dia. Sekarang apa .. apa yang bisa kamu lakuin lagi ke Nira? Apa? Gak ada.!” Julio kesal.
Afiv terdiam, mulutnya terkunci, masih tidak mengerti dengan semua ini.
“Fiv, aku akuin kamu memang cerdas, kamu pinter. Tapi untuk kecerdasan emosional, jempol kebawah buat kamu. Kamu gak pernah bisa mengerti hati orang lain. Gak pernah, kamu egois!” judge Julio.
Afiv masih terdiam.
Julio menghela nafas panjang.
21 April, senin siang.. aku gak pulang bareng Nira, dia bilang dia mau ada urusan, katanya dia mau menjenguk teman nya yang sakit. Nira pergi sama Tantri.
Ternyata dia mau ngejenguk kamu yang lagi sekarat menunggu donor hati di rumah sakit. Tapi di perjalanan, di saat yang gak disangka-sangka, Sebuah truk besar nabrak Nira dari belakang. Nira dilarikan ke rumah sakit. Cuman bertahan sebentar, benturan dikepalanya keras banget. Tantri langsung nelpon aku. Sukurnya, aku masih sempet liat Nira sebelum dia bener-bener pergi. Satu pesen yang aku terima dari Nira sebelum dia pergi. Yang aku juga sangat keberatan buat menurutin permintaan itu. Walopun aku tau aku ga punya hak buat ngelarang dia untuk itu.
“Aku cukup ngerti fiv gimana hati Nira. Aku menyesal sampe akhirnya Nira bener-bener pergi aku belum juga mengiyakan keinginannya. Sekarang hati nira ,ada dalam tubuh orang yang suka semena mena terhadapnya,, hati Nira ada pada orang yang menurutku tidak pantas!” kesal Julio
Afiv terdiam kaku, fikirannya tak menentu.
“Kat Kat #Cut Cut ..... mana expressi nyaaaaa..... ulang... ah,, lu juga kaga ngeluarin air mata gimana si lu Julio, Afiv.. bwehhh..
“Ulang lagi ulang lagiiii, ulang lagiiiiii!! pake expressi ya,,oke siaaaaaaapppp, kameraaaa,, eksyen! Kletek!! “Sutradara memberi aba-aba kepada Afiv dan Julio yang tak punya expressi sama sekali.
Halah gaje dah ni cerita gak jadi jadi kan ... huhu :’(
http://www.ilmuini.com/2011/10/cerpen-sedih-acakadut.html
“Bagaimana Dok?” Tanya Bu Yulia kepada Dokter Renaldi.
“Alhamdulillah, operasi berjalan lancar, anak ibu selamat. Dan dia bisa kembali sehat seperti semula.”
“Alhamdulillahhh, terimakasih Dok,” ucap Bu yulia penuh syukur.
Setelah anaknya di pindahkan ke ruang rawat biasa, Bu Yulia pun dibolehkan langsung masuk dan melihat anak semata wayang nya itu.
“Sayang, Ibu seneng banget kamu udah sembuh nak”.kata Bu Yulia sambil memeluk Afiv.
“Ibu.. “ kata Afiv singkat sambil tersenyum kecil.
“Tadinya Ibu udah putus asa Nak karna hampir aja rumah sakit ini tidak mendapatkan donor hati. Ibu takut banget sayang.” Cerita bu Yulia lagi.
“Udah Bu, Ibu jangan nangis lagi yah, nih kan Afiv sekarang udah sembuh”. Afiv janji Afiv bakal jaga Ibu sampe ujung hidup Afiv. “ hibur Afiv dengan penuh kasih sayang.
Dari sudut ruangan , Nira cuman bisa tersenyum melihat semua itu. Ia seperti merasa sedang menyatu dengan Jiwa Afiv walaupu sebenarnya tidak.
Dua hari kemudian Afiv sudah dibolehkan keluar dari rumah sakit, Ia pun sudah tidak sabar ingin masuk sekolah dan bertemu dengan teman-teman nya. Terlebih lagi hari ini entah kenapa Afiv ingin sekali ketemu Nira. Entah lah, mau berantem atau enggak yang jelas Afiv pengen banget ketemu Nira hari ini. Titik!
Jam 7 bel masuk berbunyi. Semua pun masuk ke dalam kelas. Afiv melihat – lihat bangku deretan ke tiga nomor dua dari depan .. tidak dilihatnya Nira.
“kemana si Nira ya” batin nya.
jam istirahat Afiv menemui Julio, entah kenapa, Afiv nekat banget mau menemui Julio yang bisa dibilang mereka gak friend, tapi Afiv tau Julio dekat dengan Nira.
“ Jul, Nira kemana?”tanya Afiv yang mendapati Julio sedang duduk di dekat parkiran sepedanya.
“Buat apa kamu nanyain Nira”. Balas Julio tidak senang.
“yaaa, tumben aja.. Biasanya juga sepedanya markir disini, trus dia gak ada tuh dikelas, tumben aja “ terang Afiv.
Setelah terdiam agak lama, julio tertunduk, dan matanya sedikit berkaca.
“eh, kenapa kamu?” tanya afiv heran
“ kamu mau tahu dimana Nira?” tanyanya tanpa memanndang Afiv.
“ iya , dimana emang? Lagi maen gundu dirumah?” tebak Afiv ngasal.
“ikut gue!! Kata Julio sambil menarik Afiv memaksa dan tak mempedulikan tebakan Afiv yang sama sekali tidak lucu itu.
Afiv heran. Mau dibawa kemana gw Jul? Eh jam kedua ada ntar gua masuk biologi ni gw gak bisa lama-lama.
Julio cuman terdiam. Sambil terus menarik Afiv
“Tempat apa ini!” gumam afiv. Sampailah mereka berdua di sebuah tempat yang penuh dengan batu nisan dan banyak bunga.
Ditariknya Afiv kesebuah gundukan tanah yang masih merah oleh Julio.
Nira Fadilah binti Ihksan
“Serrr,” darah Afiv berdesir. 21 April 2008 adalah 5hari yang lalu. Ini seperti tidak mungkin. Afiv seperti berada dalam lakon.
“Ini gak mungkin! Ini gak mungkin! “ Afiv histeris.
“Satu hal yang harus kamu tahu, Nira tu sayang sama kamu. Tapi apa perlakuan kamu selama ini ke Nira? Kamu selalu musuhin dia, kamu kasarin dia.kamu bentak bentak dia. Sekarang apa .. apa yang bisa kamu lakuin lagi ke Nira? Apa? Gak ada.!” Julio kesal.
Afiv terdiam, mulutnya terkunci, masih tidak mengerti dengan semua ini.
“Fiv, aku akuin kamu memang cerdas, kamu pinter. Tapi untuk kecerdasan emosional, jempol kebawah buat kamu. Kamu gak pernah bisa mengerti hati orang lain. Gak pernah, kamu egois!” judge Julio.
Afiv masih terdiam.
Julio menghela nafas panjang.
21 April, senin siang.. aku gak pulang bareng Nira, dia bilang dia mau ada urusan, katanya dia mau menjenguk teman nya yang sakit. Nira pergi sama Tantri.
Ternyata dia mau ngejenguk kamu yang lagi sekarat menunggu donor hati di rumah sakit. Tapi di perjalanan, di saat yang gak disangka-sangka, Sebuah truk besar nabrak Nira dari belakang. Nira dilarikan ke rumah sakit. Cuman bertahan sebentar, benturan dikepalanya keras banget. Tantri langsung nelpon aku. Sukurnya, aku masih sempet liat Nira sebelum dia bener-bener pergi. Satu pesen yang aku terima dari Nira sebelum dia pergi. Yang aku juga sangat keberatan buat menurutin permintaan itu. Walopun aku tau aku ga punya hak buat ngelarang dia untuk itu.
“Aku cukup ngerti fiv gimana hati Nira. Aku menyesal sampe akhirnya Nira bener-bener pergi aku belum juga mengiyakan keinginannya. Sekarang hati nira ,ada dalam tubuh orang yang suka semena mena terhadapnya,, hati Nira ada pada orang yang menurutku tidak pantas!” kesal Julio
Afiv terdiam kaku, fikirannya tak menentu.
“Kat Kat #Cut Cut ..... mana expressi nyaaaaa..... ulang... ah,, lu juga kaga ngeluarin air mata gimana si lu Julio, Afiv.. bwehhh..
“Ulang lagi ulang lagiiii, ulang lagiiiiii!! pake expressi ya,,oke siaaaaaaapppp, kameraaaa,, eksyen! Kletek!! “Sutradara memberi aba-aba kepada Afiv dan Julio yang tak punya expressi sama sekali.
Halah gaje dah ni cerita gak jadi jadi kan ... huhu :’(
http://www.ilmuini.com/2011/10/cerpen-sedih-acakadut.html
Komentar
Posting Komentar